SEBAR (Sharing Bacaan) " Marvin Harris : Sapi, Babi, Perang, dan Tukang Sihir "
"Sapi, Babi, Perang, dan Tukang Sihir"
adalah salah satu karya paling terkenal dari antropolog Marvin Harris, yang diterbitkan pada tahun 1974. Dalam buku ini, Harris menerapkan pendekatan materialis kultural untuk menjelaskan berbagai fenomena budaya yang tampaknya tidak masuk akal atau irasional jika dilihat dari perspektif luar.
Harris berargumen bahwa praktik-praktik budaya, termasuk yang terkait dengan agama dan tabu, sering kali memiliki dasar yang logis dari sudut pandang ekonomi, ekologi, dan sosial. Beberapa penjelasan yang diberikan dalam buku ini adalah:
Tabu terhadap Sapi di India: Harris menjelaskan bahwa meskipun sapi dipandang suci di India, yang membuatnya tidak boleh dibunuh atau dimakan, ini sebenarnya memiliki dasar ekonomi. Sapi sangat penting bagi pertanian di India, terutama sebagai sumber tenaga untuk membajak sawah dan sebagai sumber kotoran yang digunakan sebagai pupuk dan bahan bakar. Mengorbankan sapi untuk daging akan mengancam keberlanjutan pertanian dan kehidupan petani.
Larangan Makan Babi dalam Agama Yahudi dan Islam: Harris berpendapat bahwa larangan ini berakar pada konteks ekologis di Timur Tengah. Babi adalah hewan yang tidak cocok dengan lingkungan gersang di kawasan tersebut, karena mereka membutuhkan lebih banyak air dan makanan daripada ternak lainnya. Oleh karena itu, lebih ekonomis bagi masyarakat di daerah tersebut untuk memelihara hewan ternak lain seperti domba atau kambing.
Perang dan Kekerasan dalam Masyarakat: Harris menguraikan bahwa peperangan dalam banyak kasus bisa dipahami sebagai cara masyarakat untuk mendapatkan atau mempertahankan sumber daya yang penting bagi kelangsungan hidup mereka, seperti tanah atau air.
Kepercayaan Terhadap Tukang Sihir: Harris menjelaskan bahwa kepercayaan terhadap tukang sihir di berbagai budaya dapat dipahami sebagai cara untuk menjaga kohesi sosial dan sebagai mekanisme kontrol sosial yang menegakkan norma-norma komunitas.
Dengan pendekatan ini, Harris menunjukkan bahwa di balik praktik-praktik yang terlihat aneh atau irasional, sering kali terdapat logika adaptif yang membantu masyarakat bertahan hidup dalam kondisi lingkungan tertentu. Buku ini menjadi salah satu contoh utama dalam antropologi untuk memahami budaya melalui lensa materialisme kultural.
Komentar
Posting Komentar