KATOANG BUTTAYA
LAPORAN
HASIL PENELITIAN
“EKSISTENSI
KATOANG BUTTAYA
DI
ERA MODERN”
KELOMPOK
3:
ARSI
RAMADHANI
NURFATIMAH
AZZAHRA
SITI
SARAH N.K LADOPURAP
MARYAM
NINGSI LESTARI
AKMAL
FARIDZKI
Secara etimologi, kata culture atau
budaya berasal dari bahasa latin yaitu colere yang berarti mengolah atau
mengerjakan. Kata culture dalam bahasa inggris juga dapat diartikan sebagai
kultur dalam bahasa Indonesia dan berarti kebudayaan.Selain secara etimologi,
beberapa ahli turut mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian kebudayaan.
Berikut pendapat para ahli mengenai pengertian kebudayaan.
Menurut Taylor, kebudayaan merupakan
hal kompleks yang mencakup beberapa hal di dalamnya seperti kepercayaan,
kesenian, hukum, moral, adat istiadat serta kemampuan yang dapat diperoleh
manusia sebagai bagian dari kelompok masyarakat tersebut.Sedangkan menurut Selo
Seomardjan dan Soelaeman Somardi kebudayaan merupakan seluruh hasil karya,
rasa, serta cipta dari masyarakat.
Maka kesimpulannya Kebudayaan adalah
aktivas atau kegiatan masyarakat yang ada di lingkungan sehingga terbentuk
kebiasaan kebiasaan yang ada seperti turun temurun dan tradisi.
Koentjaraningrat membagi kebudayaan
dalam 3 (tiga) wujud, yakni ideas (sistem ide), activities (sistem aktivitas),
dan artifacts (sistem artefak).
Wujud kebudayaan sebagai sistem ide
bersifat sangat abstrak, tidak bisa diraba atau difoto dan terdapat dalam alam
pikiran individu penganut kebudayaan tersebut. Wujud kebudayaan sebagai sistem
ide hanya bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yang mewujud dalam bentuk
norma, adat istiadat, agama, dan hukum atau undang-undang.Contoh wujud
kebudayaan sebagai sistem ide yang berfungsi untuk mengatur dan menjadi acuan
perilaku kehidupan manusia adalah norma sosial. Norma sosial dibakukan secara
tidak tertulis dan diakui bersama oleh anggota kelompok masyarakat tersebut. Misalnya,
aturan atau norma sopan santun dalam berbicara kepada orang yang lebih tua dan
aturan bertamu di rumah orang lain. Bentuk kebudayaan sebagai sistem ide secara
konkret terdapat dalam undang-undang atau suatu peraturan tertulis.
Wujud kebudayaan sebagai sistem aktivitas merupakan sebuah aktivitas
atau kegiatan sosial yang berpola dari individu dalam suatu masyarakat. Sistem
ini terdiri atas aktivitas manusia yang saling berinteraksi dan berhubungan secara
kontinu dengan sesamanya.Wujud kebudayaan ini bersifat konkret, bisa difoto,
dan bisa dilihat. Misalnya, upacara perkawinan masyarakat Flores, atau proses
pemilihan umum di Indonesia. Kampanye partai adalah salah satu contoh bentuk
atau wujud kebudayaan yang berupa aktivitas individu. Dalam kegiatan tersebut
terkandung perilaku berpola dari individu, yang dibentuk atau dipengaruhi
kebudayaannya. Selain itu, upacara perkawinan atau upacara lainnya yang
melibatkan suatu aktivitas kontinu dari individu anggota masyarakat yang
berpola dan bisa diamati secara langsung juga merupakan salah satu contoh wujud
kebudayaan yang berbentuk aktivitas.
Wujud kebudayaan sebagai sistem artefak adalah wujud kebudayaan yang paling konkret, bisa dilihat, dan diraba secara langsung oleh pancaindra. Wujud kebudayaan ini adalah berupa kebudayaan fisik yang merupakan hasil-hasil kebudayaan manusia berupa tataran sistem ide atau pemikiran ataupun aktivitas manusia yang berpola. Misalnya, kain ulos dari Batak atau wayang golek dari Jawa. Di dalam upacara adat perkawinan Jawa, berbagai mahar berupa barang yang harus diberikan oleh pihak mempelai laki-laki kepada pihak mempelai perempuan. Benda-benda itu merupakan perwujudan dari ide dan aktivitas individu sebagai hasil dari kebudayaan masyarakat. Dalam upacara selamatan, terdapat berbagai sesaji atau peralatan yang dibutuhkan atau digunakan dalam aktivitas tersebut. Di dalam suatu kampanye partai politik dibuat berbagai macam lambang partai berupa bendera yang menyimbolkan keberadaan atau kebesaran partai tersebut.Dalam kehidupan manusia ketiga wujud kebudayaan tersebut saling berkaitan dan melengkapi satu sama lainnya. Misalnya, di dalam upacara perkawinan konsep mengenai upacara tersebut, siapa yang terlibat, apa yang diperlukan, dan bagaimana jalannya upacara tersebut merupakan wujud kebudayaan dalam tataran yang paling abstrak, yakni sistem ide. Namun, upacara perkawinan merupakan sebuah aktivitas yang berpola dari suatu masyarakat. Seperti upacara perkawinan dalam masyarakat Jawa yang begitu rumit memperlihatkan pola yang teratur dan tetap dengan mempergunakan berbagai benda yang dibutuhkan dalam aktivitas tersebut.
Desa Parigi adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Gowa,tepatnya di dusun Baliti,dengan jalan yang berkelok kelok menuju desa ini
dan tempat yang lumayan terpencil.Masyarakat dusun Baliti lebih banyak bekerja
sebagai petani dan juga berkebun untuk bertahan hidup.Desa parigi juga termasut
kedalam desa yang ramah lingkungan dan memiliki beberapa sungai serta mempunyai
banyak lahan persawahan yang subur.Bukan hanya itu,masyarakat disana masih
tergolong mempercayai adat istiadat dan kebudayaan yang sangat melekat dengan
hal – hal yang berbau gaib.Dengan kebudayaan ini,menjadi salah satu daya tarik
kami untuk meneliti ke tempat ini.Banyak sekali tradisi tradisi yang turun
temurun sebagai suatu hal yang masih dilakukan masyarakat tersebut.Dengan
kepercyaan kepercayaan ini,mereka mengaggap hal ini adalah hal yang wajib
dilakukan karena dari nenek moyang mereka,termasuk tentang tradisi “Katoang
Buttaya”.Lalu apa itu Katoang Buttaya?
Katoang Buttaya atau baskom merupakan benda pusaka yang di percayai
masyarakat desa Jonjo memiliki banyak manfaat sebagai pengobatan dan
memperlancar persalinan.
Sejarah Katoang Buttaya bermula pada
seorang raja bernama Karaeng Amas Madina Sultan Fakhruddin (Sombaya) dan
istrinya yang akan melahirkan anaknya.Sang istri kesusahan untuk
melahirkan,bahkan sudah banyak dukun yang di datangkan tetapi tidak ada yang
bisa membantu sang istri.Akhirnya sang raja mendapatkan berita bahwa ada dukun
(sanro) dari jonjo yang sangat sakti.Tanpa menunggu basa basi,sang raja mengutus
pengawalnya untuk menemui dukun tersebut.
Sesampainya di sana,sang pengawal diminta jalan duluan oleh dukun
tersebut,sedangkan dukun akan menyusul.Tak di sangka,dukun tersebut lebih dulu
sampai di kerajaan di banding pengawal,membuat pengawal terheran heran,tapi
itulah kesaktian sang dukun.Dukun menemui ratu dan mengelus perutnya,tak di
sangka anak itu telah lahir ke dunia dan diberi nama SULTAN ABUBAKAR KARAENGTA
DATA.
Setelah bayi lahir dan ibu selamat,Sombaya menawarkan harta,kuda dan
emas kepada dukun tersebut tetapi di tolak oleh sandro itu.Ia hanya menunjuk
baskom di belakang kerajaan.Dengan senang hati,raja memberikan baskom
tersebut.Setelah sampai di rumah,setiap ada ibu yang ingin melahirkan,baskom
tersebut dibawa dan diisi air,dengan mengelus air di atas perut ibu yang ingin
melahirkan,akan dipermudah dan bayi akan mudah keluar.
Kini Baskom tersebut di letakkan di rumah Dg Panno dengan baik dan
aman.Manfaatnya bukan hanya untuk melahirkan,tetapi untuk pengobatan,jadi biasa
disebut dengan Katoang Paballe (baskom obat).Tetapi ada keterangan yang di
dapatkan,bahwa katoang ini telah hancur karena,rumah yang dimiliki oleh
dukun/sanronya telah terbakar.
Menurut Masyarakat sekitar tentang Katoang
Butayya bervariasi,ada yang tidak percaya,ada yang percaya dan ada yang tidak
percaya tetapi tetap melakukan ritual ini.Menurut mereka yang mereka yang
percaya,hal ini wajib di lakukan karena telah turun temurun dari nenek moyang
dan apabila tidak di percaya akan mendapatkan malapetaka.Adapun yang tidak
percaya,takut karena hal ini termasuk hal yang menduakan Allah swt,sedangkan
yang tidak percaya tetapi tetap melakukan karena ini hanya tradisi dan
kebudayaan mereka untuk tetap di lestarikan.adapun ritual yang di lakukan
setiap dua tahun sekali atau biasa di sebut balai sumanga.buiasanya air di
katoang ini di minum dan di mandikan untuk penyembuhan.
Menurut dg.panno tidak di ketahui tentang penerus ke depannya,hanya saja
ada niat untuk meneruskan mau itu dari keluarga maupun anak.perbedaan antar
katoang laki laki dan perempuan adalah dari segi ukuran,perempuan lebih besar
sedangkan laki laki lebih kecil.
Beberapa narasumber yang kami temui seperti keluarga Niati
dg.Ngai,beliau mengatakan percaya dengan adanya katoang buttayya.menurutnya dia
percaya tetapi tidak bermaksud menduakan Allah swt. Adapun menurut ibu
kartini,beliau percaya tetapi tidak pernah melakuakan hal tersebut di karenakan
merantau,dan salah satu narasumeber seperti ibu asriani yang mengatakan tiadak
tau tradisi katoang buttayya tetapi setiap acara dua tahun beliau mengikuti,dan
menurut Hj.Diana tidak percaya sama sekali dan tidak pernah sekalipun ikut
serta dalam ritual katoang buttayya,Hj.Diana berkata bahwa “saya tidak mempercayai
katoang buttayya sejak dulu,saya hanya percaya kepada Allah swt.Beda halnya
dengan narasumber terkahir yang kami temuai yaitu,Bapak Baharuddin asli orang
takalar namun sudah lama tinggal selama bertahun tauhun di parigi masih
memparcayai ritual katoang buttayya.
LAMPIRAN LAMPIRAN





Komentar
Posting Komentar