ANTROPOLOGI DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN

 Dalam koridor ilmu humaniora, Manusia merupakan aspek yang paling penting dalam mengedepankan nilai-nilai normatif kehidupan, alhasil dibutuhkan seperangkat pengetahuan yang membahas manusia itu sendiri secara holistik dan komparatif. Antropologi lahir sebagai seperangkat ilmu yang membaca, mengkaji, dan mengevaluasi setiap gejala dan aspek perilaku manusia secara sadar maupun tidak sadar dalam kehidupan berkelompok. Perlunya memahami setiap gejala dan perilaku manusia itu sendiri merupakan asas tertinggi dalam merealisasikan harmonisasi dan keseimbangan hubungan antara Tuhan, alam dan manusia.Antropologi yang secara harfiah berasal dari bahasa yunani, anthropos berarti "manusia" atau "orang" dan logos yang berarti "wacana" atau "ilmu" dan secara etimologis antropologi berarti ilmu yang mempelajari tentang manusia.


         Antropologi yang kajiannya sangat luas dan takterbatas bersifat dinamis dan bisa di tarik ke arah manapun membuat disiplin ilmu ini dalam pemetaan dan penegasan terkait penjelasan menimbulkan multitafsir, akibatnya tidak ada definisi secara umum yang dapat disepakati oleh para ilmuan antropologi terkait hal ini. Namun karakteristik yang menjadi pusat perhatian dalam antropologi adalah ciri-ciri biologis dan hubungan antara kebudayaan. Dalam perjalananya menjadi sebuah disiplin ilmu, Antropologi telah melalui proses dan fase yang cukup panjang, fase pertama Antropologi pada mulanya hanya berbentuk sebuah catatan atau kumpulan tulisan perjalanan, ekspansi, dan eksplorasi kemudian berubah bersamaan dengan kesadaran masyarakat yang turut berevolusi dan mulai bersungguh-sungguh dalam mengintegrasikan karangan-karangan tersebut untuk tujuan akademikal.

           Pemerintahan kolonial dalam menunjang ekspansi membutuhkan pengetahuan-pengetahuan yang mempelajari tentang masyarakat dan kebudayaan di luar eropa menjadikan bentuk akademikal Antropologi menjadi praktis, dan sampai saat ini Antropologi mengalami masa perkembangannya yang luas, baik mengenai bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman dari metode-metode ilmiah. Antropologi saat ini di hadapkan pada tantangan dan masalah yang serius, perubahan komponen dan komposisi aspek manusia yang sangat deras namun disisi lain konten tradisional harus tetap relevan dengan zaman, mendorong para Antropolog lebih keras memeras otak, menciptakan wahana baru dalam memandang kebudayaan dengan kacamata yang lebih modern.

           Hal yang lebih urgen dan menjadi tugas kita sebagai manusia meski bukan sebagai Antropolog adalah berusaha memahami semua gejala tersebut sebagai proses yang alami menilai senetral mungkin dan berusaha memaknai dan menyaring setiap nilai yang terkandung didalamnya pada tempat dan porsinya masing-masing.

           Saya mengutip Closing Statemen PM Laksono dalam Diskusi Angkringan,
"Masa lalu diakui, untuk merancang masa depan. Krisis intoleransi dan kebinekaan belakangan ini, menjadi tantangan bagi antropolog untuk menjadi jiwa-jiwa yang kritis, dengan sudut pandang yang tajam, sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan untuk tidak berkembang lebih lanjut menjadi situasi frustasi. Kemampuan-Kemampuan-kemampuan Kemampuan eskriptif reflektif diharapkan dapat membawakan gambaran yangl lebih jelas, untuk menduduk perkarakan situasi yang tengah berlangsung, dan kemudian menjadi sebuah proses untuk melalui
situasi krisis tersebut. Menuju apa yang mandat cita-cita kebangsaan, mencapai jiwa nya yang baru. Disini ilmu antropologi Indonesia dibangun dan diperuntukan"

Komentar

Postingan Populer

Sistem Kuliah Online UNM terinfeksi Covid-19, Mahasiswa Sesak Akal

Stigma Mahasiswa Gondrong

HMPS PENDIDIKAN ANTROPOLOGI FIS UNM Adakan Baksos di Bumi Sawerigading

Teruntuk kaum rebahan, mari kita hilangkan kesenangan "Hore, kuliah online"