Dare Untuk Kamu
Sebenarnya hal yang sedikit sulit bagi saya untuk menulis yaitu "Tulisannya harus di mulai dari mana?, kalimat pembuka apa yang harus saya gunakan? ". Seperti halnya orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama, mungkin seorang penulis pun harus mampu memberikan kesan pertama pada tulisan sehingga sang pembaca tertarik untuk sedikit melirik apa yang ia tuliskan. Karena saya masih belajar, jadi gagal dalam langkah tersebut mungkin suatu kewajaran. (Jangan remehkan orang yang gagal.)
Guru terbaik untuk belajar menulis yaitu membaca. Seperti yang dikatakan oeh Dr. Stephen D. Krashen dalam bukunya, The Power of Reading: Insights from the Reasearch yaitu membaca adalah memasukkan kata-kata ke dalam diri (pikiran). Semakin banyak membaca maka jumlah kosa kata kita pun semakin bertambah. Hal ini tentu berkaitan erat dengan kegiatan menulis yang akan kita lakukan. Mengapa demikian ? karena menulis adalah mengeluarkan isi pikiran dan perasaan dengan bantuan kata-kata yang sudah tersedia di dalam diri. Apabila jumlah kosa kata yang kita kuasai juga kurang, maka tentu ini akan menghambat kegiatan menulis. Jadi betapa bermanfaatnya membaca untuk menulis.
Seperti juga tips menulis dari Dul Abdul Rahman (seorang novelis produktif dari sulawesi selatan) yaitu:
1.Banyak membaca
2.Banyak menulis
3.Banyak membaca dan menulis
Tak salah jika kita mengikuti tips beliau. Sebab, dia sendiri telah berhasil menulis beberapa buku. Adalah Sarifah, La Galigo, Lebaran Kali Ini Hujan Turun, dan beberapa karya hebat lainnya. Salah satu kutipan dari seorang Dul Abdul Rahman yang saya sukai yaitu;
"Beberapa kali
saya tersandung luka
Dalam jejak kehidupan saya.
Tapi saya tak pernah menyesalinya,
Apalagi menangisinya.
Saya malah merayakan luka itu
Dengan menuliskannya."
Dari kutipannya, saya memahami bahwa dalam hidup memang sudah pasti ada luka. Hanya saja tak semua luka itu tak baik. Rayakan saja lukamu selayaknya kau merayakan sepi yang ramai. Tuliskan, tuliskan dan tuliskan. Saya pernah jatuh hati, maka saya bungkus ia dengan puisi. Begitupun ketika jatuh saya mendapatkan luka, saya tetap mencipta puisi. Seperti katanya “Jika kau rindu, maka tuliskan”.
Menurut beberapa orang menulis merupakan kegiatan yang sulit, begitupun dengan saya. Tetapi sekarang, saya sudah punya 2 pembimbing.
Pembimbing pertama hampir sama dengan tokoh Alberto dalam Novel Dunia Shopie karya Jostein Gardeer dan saya sebagai tokoh Shopie Amundsend. Seperti setiap saat shopie mendapat kiriman tentang pelajaran filsafat dari Alberto dan saya mendapat kiriman Link tentang tips-tips menulis dari pembimbing pertama. Pembimbing kedua saya yaitu membaca.
Menurutnya, banyak orang yang tertarik untuk menulis tetapi mereka selalu mencari alasan pembenaran untuk tidak menulis (Mereka=Saya). Dan pada akhirnya, mereka hanya akan memendam impian menjadi penulis. Beberapa alasan yang sering digunakan yaitu ide mentok, tidak ada bakat, padahal kata Yohanes Surya, "Menulis hanya 10% bersangkut dengan bakat, sisanya (90%) Adalah kerja keras dan ketekunan. Bakat saja tidak cukup." Nah sekarang saya sedang ingin mencapai 90% itu.
Buat kawan-kawan, menulislah. Mati dengan meninggalkan nisan saja tak cukup. Kita perlu mengabadikan nama dengan tulisan-tulisan. Tak ada alasan masih semester satu sebab tulisan ini saya buat ketika belum menyandang gelar mahasiswa. Tak ada alasan tidak ada ide sebab semua hal bisa dituliskan, apalagi kau masih punya mata dan telinga.
Selamat menulis dan selamat bekerja untuk keabadian. Saya tantang tulisanmu hadir di blog ini.
Komentar
Posting Komentar